EkonomiKeamanan

OPM Berulah Lagi, Menggangu Penyaluran Bantuan Pangan Ke Warga

Sejak Kelompok Kriminal Bersenjata menyandera pilot Susi Air, Philips Mark Merthens dan penembakan pesawat Smart Air oleh kelompok KKB Papua, peyaluran bantuan pangan untuk masyarakat kini terganggu.

Masyarakat di Kabupaten Puncak kini membutuhkan bantuan pangan. Dikarenakan daerah itu sedang dilanda kekeringan yang ekstrim.

Bencana kekeringan ini membuat Masyarakat Kesulitan kesulitan memenuhi kebutuhan kehidupan Sehari Hari.

Dalam kondisi ini pemerintah  menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Namun karena ada kasus penyanderaan pilot Susi Air dan penembakan pesawat Smart Air, sehingga bantuan sulit disalurkan kepada warga yang membutuhkan.

Penyaluran bantuan itu tak bisa melalui  transportasi udara karena para
pilot trauma dengan ulah anggota KKB Papua yang kerap melakukan
tindakan brutal dengan menembak pesawat.

“Bandara di Agandugume itu kami sudah bangun dan sudah aspal. Karena itu
kami harus bawa bantuan itu sampai di Agandugume. Tapi karena  baru-baru
ini ada kasus penyanderaan pilot dan penembakan pesawat Smart Air, sehingga
dampaknya pada penyaluran bantuan ini.

Bupati Puncak, Millem Wandik mengatakan “saat ini pemerintah telah membangun
posko utama bantuan di Distrik Sinak. Pemerintah juga sudah membentuk tim
terpadu pencegahan bencana.

Dari upaya yang telah dilakukan dan ketimpangan penyaluran bantuan melalui udara, maka pemerintah pun telah mengambil keputusan dengan meminta anak-anak muda untuk membawa bantuan pangan itu dengan berjalan kaki selama sehari.


“Bantuan sudah turun di Sinak sehingga anak-anak muda kami berdayakan untuk menyalurkan banruan itu. Sinak menjadi pintu masuk dan posko penyaluran bantuan pangan,” ungkap Willem Wandik.


Untuk sekarang ini Pemerintah Kabupaten Puncak telah menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan melalui Surat Keputusan Bupati nomor 300.2/28/tahun 2023 terhitung sejak 7 Juni-7 Agustus 2023.


Bencana kekeringan itu kini mengguncang beberapa wilayah di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah. Status tanggap darurat bencana itu ditetapkan selama tiga bulan terakhir.


Dikarenakan bencana kekeringan itu ada sebanyak 7.000 warga di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, terpaksa mengungsi ke Distrik Sinak, Ilaga, Timika, dan Nabire.


Bupati Puncak, Willem Wandik mengatakan warga mengungsi karena kondisi cuaca ekstrem. Saat ini cuaca sangat dingin dan tidak ada hujan sehingga tanaman rusak dan busuk.


Sehingga tanaman tak berproduksi baik namun harus dikonsumsi masyarakat, sehingga masyarakat pun kini menderita diare. Hal ini tentunya memperburuk kondisi masyarakat di daerah itu.


“Distrik Agandugume dan Lambewi itu sudah ditetapkan sebagai daerah bencana. Karena setiap tahun terutama mulai Mei hingga Agutus, selalu saja terjadi kemarau panjang,” Jelasnya.


Saat ini bila embun turun dan cuaca cerah di pagi hari, daun tanaman umumnya berminyak. Tak lama berselang, tanaman itu langsung membusuk.
Yang terjadi selalu demikian dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu kami juga sudah terbiasa menghadapi keadaan ini. Tetapi bantuan pangan harus selalu diberikan kepada warga karena mengalami kekurangan pangan.


Bupati Willem Wandik mengatakan pemerintah telah membangun posko di Distrik Sinak. Posko itu bisa menampung 20 ton pangan. Di posko itu juga ada petugas medis.


Tenaga medis ini disiagakan untuk membantu melayani kesehatan kepada warga yang sakit. Dengan pola ini diharapkan dapat meringankan beban yang dihadapi masyarakat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?