BudayaSosial

Suku penghasil patung dari Papua kaya dengan nuansa Magic

Pojokindo-Sejak tahun 1700-an, suku Asmat di Papua telah dikenal dunia dengan keterampilan mengukirnya. Kesenian mengukir di Asmat merupakan aktualisasi dari kepercayaan terhadap arwah nenek moyang yang disimbolkan dalam bentuk patung serta ukiran. Berawal dari latar belakang cerita legenda Fumeripits yaitu seorang yang pandai mengukir dan memahat yang kemudian merupakan pencipta cikal bakal manusia suku Asmat. Pada zaman dahulu di daerah Asmat hiduplah seorang ahli pahat yang bernama Fumiriptsy. Fumiriptsy mempunyai teman karib. Mereka hidup aman dan damai. Pada waktu itu ada seorang gadis yang cantik bernama Tewarautsy. Fumiriptsy kemudian jatuh cinta, namun sayangnya jalinan cinta mereka tidak mendalam lantara kedua insane ini tidak pernah bertemu.

Pada suatu hari Fumiriptsy melihat temannya bercanda mesrah dengan tewarautsy dan ia merasa cemburu. Pada suatu hari Fumiriptsy dan Tewarautsy benjanji untuk bertemu di tanjung dekat sebuah sungai pada pagi hari, rencana ini dirahasiakan agar tidak diketahui oleh siapa pun. Setelah tiba hari yang ditentukan, Tewarautsy mengajak beberapa teman-teman wanitanya agar dapat pergi bersama-sama dengannya mencari ikan di tanjung. Setelah tewarautsy dan teman-temannya berangkat, beberapa saat kemudian Fumiriptsy bersama teman karibnya menyusul mereka. Ketika mendekati tempat yang dijanjikan, Fumiriptsy berkata kepada temannya ?Teman, saya mau pergi buang air di hutan sana, boleh teman menunggu di sini. Fumiriptsy pergi dengan sebuah perahu ke tepi sungai yang telah disepakati dengan Tewarautsy, mereka bercanda ria. Sementara itu teman karibnya menjadi gelisah karena Fumiriptsy tak kunjung datang, maka ia bergegas menyusul Fumiriptsy dengan berjalan kaki. Setelah mencari beberapa lama, lewat celah-celah pohon ia melihat Fumiriptsy sedang asik becanda dengan seorang gadis. Hatinya sangat kesal dan marah ketika ia mengetahui bahwa gadis itu adalah Tewarautsy, kemudian ia mengambil perahu mereka dan bergegas pulang ke kampung. Fumiriptsy tidak bisa pulang ke kampung dan ia bertanya kepada Tewarautsy, ?Bagaimana cara saya dapat kembali ke kampung.??. Tewarautsy memutar otak , memikirkan cara yang harus ditempuh akhirnya ia mendapat ide yaitu dengan cara membungkus si ahli pahat dengan anyaman daun nipah lalu diikat dan diletakan di haluan perahu.

Keduanya melaksanakan gagasan itu namun dalam perjalanan pulang perahu yangmereka tumpangi dihempas badai. Akibatnya tali pengikat Fumiriptsy terlepas dari perahu dan jatuh kedalam sungai. Tewarautsy tidak bisa berbuat apa-apa ia terus mendayung perahunya pulang ke kampung dan menceritakan kepada teman-temannya hingga tersiar kabar ke seluruh kampung. Orang kampung memutuskan untuk mencari Fumiriptsy di muara sampai ke hulu sungai. Ternyata usaha mereka sia-sia, Fumiriptsy telah dibawa oleh arus sungai dan terdampar di pantai utara muara sungai Yet dalam keadaan tak bernyawa. Yang berhasil menemukan mayat Fumiriptsy adalah Eer dan Samaar. Mereka berdua mencoba menghidupkan kembali Fumiriptsy dengan cara memanggil semua burung yang berada di daerah itu, namun burung-burung yang datang tak sanggup untuk menghidupkan Fumiriptsy. Tiba-tiba datanglah seekor burung Aseh (pembawa berita) setelah melihat keadaan Fumiriptsy burung ini segera terbang menemui burung Rajawali. Burung Rajawali langsung mengumpulkan ramuan yang terdiri dari telur buaya, telur ayam hutan dan telur kasuari. Telur ayam hutan dipecahkan lalu digosokan pada seluruh tubuh sang ahli pahat, selanjutnya telur buaya dan telur kasuari diolesi. Akhirnya Fumiriptsy hidup kembali dan diantar pulang ke kampong oleh Eer dan Samaar. Beberapa hari kemudian Fumiriptsy membangun sebuah ?Yayuro? (rumah panjang). Ruangan dihiasi dengan patung hasil karya Fumiriptsy sendiri termasuk yang diberi nama ?Mbis? (patung Panjang) yang pertama, selain itu Fumiriptsy juga membuat ?Eme (tifa) yang sangat indah.

Apabila Eme ditabuh maka Mbis dan patung lainnya yang tergantung dalam Yayuro akan hidup dan menari-nari. Mereka menari mengikuti irama eme. Fumiriptsy berkata kepada Mbis dan kawan-kawannya, ?Mulai saat ini, kamu menjadi anak-anakku. Oleh karena itu pergi dan tempati seluruh pelosok daerah lain. Suku Asmat adalah salah satu suku di Papua Barat yang memiliki kebudayaan mengukir dan memahat sejak dari masa nenek moyangnya. Berawal dari latar belakang cerita legenda Fumeripits yaitu seorang yang pandai mengukir dan memahat yang kemudian merupakan pencipta cikal bakal manusia suku Asmat.

Oleh latar belakang legenda tersebut, suku Asmat mempunyai kebudayaan mengukir yang konon diturunkan oleh Fumeripits. Suku Asmat menganut animisme yaitu kepercayaan terhadap roh-roh yang mendiami sekalian benda (pohon, batu dan sebagainya). Walaupun pada saat ini agama kristen telah masuk ke papua dan animisme sudah banyak ditinggalkan pengikut-pengikutnya, kegiatan yang berhubungan dengan animisme masih dilakukan. Hal ini terlihat pada kehidupan suku Asmat yang masih melakukan pembuatan patung-patung leluhur mereka dalam kehidupan adat istiadatnya guna menghormati nenek moyangnya. Pada mulanya, patung-patung dibuat secara kasar dan setelah digunakan dalam upacara agama tertentu lalu ditinggalkan di dalam rawa. Ini sebagai wujud para arwah yang tinggal untuk menjaga hutan sagu dan pohon palem yang merupakan sumber makanan utama masyarakat Asmat. Ukiran Asmat sudah cukup dikenal didunia. Mulai dari perisai, patung Mbis, gendang, perahu lesung dan lain-lain. Dapat dikatakan juga bahwa ukiran Asmat lahir dari upacara adat. Orang Asmat percaya bahwa arwah leluhurnya hidup bersama diantara mereka.

Arwah-arwah tersebut mempengaruhi segala kehidupan mereka dengan demikian kuatnya. Sehingga mereka percaya bila ada malapetaka atau bencana, penyebabnya adalah arwah nenek moyang atau leluhur yang merasa tidak dihormati. Untuk menghormati arwah leluhur Asmat, maka dibuatlah upacara-upacara penghormatan dan pemujaan arwah leluhur mereka. Upacara ini disertai dengan pembuatan patung-patung yang merupakan gambaran para leluhur Asmat. Dari sinilah lambat laun kepercayaan ini menjadi tradisi suku Asmat dalam mengukir dan memahat patung kayu. Image yang terdapat pada ukiran suku Asmat merupakan unsur alam yang biasa dan ada di sekitar lingkungan suku Asmat. Salah satu contohnya adalah simbol yang terdapat pada ukiran suku Asmat yang merupakan representasi dari lingkungannya. Kebanyakan ragam hias suku Asmat merupakan penyederhanaan dari bentuk binatang yang terdapat di alam Asmat (reptil,burung kakatua dan lain-lain), figur manusia nenek moyang suku Asmat, tumbuhan atau floral (pohon sagu dan lain-lain) serta kejadian alam (petir, air dan lain-lain). Segala hal yang menyangkut kehidupan suku Asmat selalu dikaitkan dengan alam dunia (Khususnya tanah Asmat) dan alam arwah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?