Mahfud: Cuaca & Medan Menjadi Hambatan Pengiriman Bantuan ke Papua
PojokIndo.com – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan kendala pengiriman bantuan ke sejumlah distrik di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, yang mengalami bencana kekeringan dan kelaparan, karena faktor cuaca dan medan.
Ia menjelaskan kementerian terkait, Polri, TNI, hingga pemerintah setempat telah menyiapkan bantuan untuk masyarakat selama masa tanggap darurat, tetapi penyaluran terkendala cuaca. Mahfud menyebut daerah itu hanya bisa dimasuki oleh pesawat kecil.
“Cuacanya itu kadangkala berubah secara mendadak, sementara pesawat yang bisa masuk ke sana pesawat kecil karena landasannya hanya 600 meter, pesawat yang masuk hanya Cessna, Pilatus, Itu yang bisa masuk ke sana, dan itu tergantung pada cuaca juga sehingga tidak sembarang waktu bisa terbang,” kata Mahfud.
Mahfud menjelaskan kendala juga berkaitan dengan medan. Ia mengatakan bantuan yang telah dikirim lewat jalur udara harus disalurkan via darat. Bantuan harus didistribusikan dengan berbagai cara.
“Begitu mendarat di distrik itu juga tidak mudah karena diantar lewat darat, ke kampung-kampung yang terjal, ada yang di ketinggian. Ada yang di bawah, tidak seperti di Jawa di sana. Orangnya berpencar-pencar dan itu harus diantar, dipikul, digendong dan sebagainya ke tempat terpencil,” ucapnya.
Ia memastikan tidak ada gangguan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dalam penyaluran bantuan. Menurutnya, sudah ada aparat yang berjaga di distrik itu.
“Di sana sudah terjadi kesepakatan antara Pj Gubernur, bupati, TNI, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, sudah sepakat menjamin keamanan dan turut menjaga agar setiap bantuan yang mendarat ke distrik tersebut, itu bisa sampai dengan aman, bisa diantar ke masyarakat dengan aman,” katanya.
Sebelumnya, BNPB menyatakan kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan yang diiringi cuaca dingin ekstrem di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, memicu gagal panen dan mengakibatkan enam orang meninggal.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebut gagal panen membuat warga kesulitan mendapatkan bahan makanan sejak 3 Juni 2023.
“Kekeringan itu juga menyebabkan warga setempat kesulitan mendapatkan air bersih hingga mengakibatkan enam warga yang meliputi lima orang dewasa dan seorang bayi meninggal dunia. Diduga dikarenakan diare dan dehidrasi,” kata Abdul, Senin (31/7).
Sementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin membantah enam warga yang meninggal di Papua Tengah karena kelaparan. Menurutnya, korban meninggal karena diare dan cuaca ekstrem.